Kamis, 10 Oktober 2013

Aku 'tlah memilihmu



Ku temukan harap disetiap untaian bait dalam suratmu
Surat teruntuk sang Pujaan bertintakan rindu
Adakah yang lebih pahit dari ini?
Membacanya bersamaan dengan air mata yang terasa pahit dipipi

Aku 'tlah memilihmu disini
Di tempat yang ku sebut hati
Ribuan kali pun aku mengelak, nyatanya kau 'tlah berhasil membuatku memilih
Memilihmu 

Bagaimana kabar dan rupamu disana?
Meski tak pernah memandangnya langsung, ku temukan ribuan bintang disana
Dikedua bola matamu
Si anak rantau

Baiklah disana, dengan ratusan pertanyaan yang ku simpan di hati
Dari aku Sang Penantian..

Perkembangan Pendidikan di Indonesia saat ini



Secara umum hasil pendidikan yang telah dicapai melalui institusi pendidikan formal belum dapat memuaskan semua pihak terutama para pemerhati pendidikan (stakeholder). Hal ini disinyalir karena masih banyak ketimpangan yang terjadi khususnya sistem pendidikan di tanah air. Ace Suryadi (Kompas, 25 Januari 2002) mengakui bahwa sistem pendidikan sekarang ini masih belum menunjukkan kemampuan life skill yang diinginkan.

            Disamping itu pondasi pendidikan secara nasional masih lemah. Pelajaran yang diajarkan dalam kurikulum kita belum banyak mengandung basic learning skills.
Dari sisi lain ternyata hasil pendidikan kita masih sangat rendah dari segi mentalitas. Hal ini didasari oleh pidato Mantan Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarno Putri yang mengatakan bahwa mentalitas bangsa Indonesia tertinggal dibanding negara-negara lain, termasuk dengan negara tetangga terdekat sekalipun.


            Masalah ini pada gilirannya bermuara pada rendahnya kadar disiplin sosial bangsa sehingga berdampak negatif terhadap kegiatan dan hasil-hasil pembangunan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa kemampuan dan kecerdasan memang telah mampu mengantar Indonesia pada tingkat kehidupan dan kemajuan seperti sekarang ini. Namun saat yang bersamaan, dengan jujur harus kita akui bahwa sikap mental kita ternyata belumlah tumbuh sebanding dengan kemajuan fisik dan material yang kita capai (Kompas, 3 Mei 2001).
 

Selain kenyataan di atas, persoalan mutu pendidikan Indonesia ternyata terburuk di Asia tenggara. Dalam Rakor Kesra terbatas yang diikuti empat Menteri Kabinet Gotong-Royong pada Kamis, 28 Maret 2001 di Jakarta, menyepakati, kondisi mutu pendidikan nasional dewasa ini paling buruk di Asia Tenggara. Jusuf Kalla menyatakan kondisi mutu SDM Indonesia sangat memprihatinkan di Asia. Dalam persaingan dengan negara lain, ibaratnya kita hanya mampu bersaing pada tingkat kuli dan pembantu rumah tangga (PRT).

            Ini karena sistem pendidikan kita yang keliru dan harus ada pembenahan pada proses belajar-mengajar yang tidak benar. Beliau mengatakan lebih lanjut, mengapa kita terpuruk?, karena kita tidak mau belajar, sebab selama ini yang belajar atau tidak, prestasinya dianggap sama. Belajar atau tidak, waktu ujian lulus semua. Sementara Mantan Mendagri Hari Sabarno, mengemukakan keterpurukan sistem pendidikan nasional memperburuk kualitas SDM Indonesia, itulah sebabnya, pendidikan perlu terobosan untuk melihat kembali tujuan pendidikan nasional, yakni menyiapkan kualitas SDM yang handal baik intelektual, integritas pribadi, maupun kualitas fisik. Mantan Mendiknas Malik Fajar mengungkapkan bahwa jangan ada kompromi apapun dalam dunia pendidikan. Saatnya kita kedepankan integritas moral baik guru maupun masyarakat.


            Masalah lain yang masih tetap menjadi hangat dibicarakan adalah mengenai bentuk kurikulum, Siskandar, (Kompas, 16 April 2001), mengemukakan bahwa kurikulum merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling banyak mendapat perhatian. Bahkan ada yang menganggap kurikulum sebagai salah satu faktor yang amat menentukan keberhasilan belajar siswa. Pada hal faktor keberhasilan lainnya juga ditentukan oleh guru, sarana dan prasarana pendidikan, serta manajemen sekolah. Siskandar mengakui bahwa kurikulum pendidikan tahun 1994 mempunyai banyak kelemahan yang harus diperbaiki.


            Kelemahan tersebut adalah beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran. Jangankan terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari, materi pelajaran yang adapun banyak yang terlalu sukar dan kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa. Kelemahan lain kurikulum itu bersifat popularitas dengan memberlakukan satu sistem pendidikan untuk semua siswa di seluruh tanah air. Padahal, potensi, aspirasi dan kondisi lingkungannya sangat beragam.


            Selain beberapa persoalan di atas, dalam buku pegangan berjudul Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (life skill) melalui pendekatan Broad-Based Education (BBE) yang disusun oleh Tim Broad-Based Education Depdiknas Januari 2002, menyebutkan bahwa persoalan nasional yang dihadapi bangsa indonesia dalam rangka peningkatan kualitas SDM saat ini masih sulit dipecahkan, terutama yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :

1) Terjadinya perubahan manajemen pemerintahan di Indonesia dari Sistem Sentralistik menjadi Otonomi Daerah. Kondisi ini memerlukan dukungan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kemampuan teknis produktif maupun manajerial, dengan harapan mampu mempercepat roda perekonomian rakyat dan meningkatkan pendapatan daerah.

2) Sistem pendidikan yang selama ini diterapkan belum dapat menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di pasar bebas. Hal tersebut banyak ditunjukkan dari penelitian badan–badan Internasional yang hasilnya sangat tidak menggembirakan, bahwa Indonesia selalu mendapat nomor yang terbawah bahkan dibawah negara tetangga seperti Vietnam.

3) Banyak lembaga yang menyelenggarakan pendidikan umum (SMA dan yang sederajat ) ternyata kurang mendukung tuntutan dunia usaha dan industri akan tenaga kerja, sehingga tamatannya meningkatkan angka pengangguran.

4) Tingginya potensi tidak melanjutkan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan.

Data statistik pendidikan tahun 2003 menunjukkan bahwa jumlah tamatan yang tidak melanjutkan dari SLTP ke Sekolah Menengah (SMA) 34,40%, dan SMA ke Perguruan Tinggi (PT) 88,4%. Angka tersebut terus meningkat hingga pada tahun 2007. Hal ini tentunya cukup mengkhawatirkan karena sebagian besar dari mereka masuk ke pasar kerja tanpa memiliki kompetensi yang memadai dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja.

            Berdasarkan beberapa pernyataan tentang kondisi pendidikan di tanah air seperti yang telah disebutkan di atas, maka langkah kongkrit yang harus segera mendesak untuk dilakukan adalah melaksanakan apa yang disebut dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang didalamnya terdapat esensi yang paling utama yaitu memberikan kecakapan/keterampilan hidup (life skill) bagi para siswa agar nantinya mereka dapat menguasai ilmu pengetahuan/teknologi serta memiliki iman dan taqwa, memiliki daya nalar yang tinggi, kritis, inovatif dan kreatif. Dan pada akhirnya tamatan pendidikan tersebut akan menjadi aset terbesar dalam pembangunan bangsa dan negara bahkan yang lebih penting lagi mereka dapat hidup mandiri dan mampu berdiri di atas kaki sendiri, membiayai hidupnya dan keluarga serta bermanfaat terhadap lingkungannya.

Sumber : http://www.geschool.net/818283/blog/post/perkembangan-pendidikan-di-indonesia-saat-ini

APEC 2013

Indonesia telah memajukan kepentingan nasional dalam forum APEC pada rangkaian pertemuan SOM 1 APEC 2013 yang diselenggarakan pada tanggal 25 Januari sampai dengan 7 Februari 2013 di Jakarta. Sebagai Ketua APEC 2013, Indonesia memiliki tujuan untuk memajukan investasi infrastruktur, memberdayakan kelompok penting yang memiliki potensi bagi pertumbuhan pembangunan ekonomi nasional seperti UKM, wanita dan petani, serta memastikan agar pasar kawasan Asia Pasifik tetap terbuka bagi ekspor produk Indonesia.

            Dalam rangkaian pertemuan tersebut, sembilan proposal Indonesia memperoleh dukungan yang positif.

Pertama, mensinergikan proses kerja sama terkait perdagangan dan investasi di APEC 2013 dengan proses penyiapan Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organization (WTO) ke-9 di Bali, Desember 2013.

Kedua, membangun kerangka konektivitas melalui konektivitas fisik, konektivitas institusi, dan people-to-people connectivity di Asia Pasifik.

Ketiga, Mengembangkan kerja sama pembangunan dan investasi infrastruktur melalui kemitraan pemerintah dan dan swasta (public-private partnership).

Keempat, pengarusutamaan isu-isu kelautan di APEC di berbagai lingkup kerja sama, yaitu ketahanan pangan, konektivitas, perdagangan hasil-hasil laut yang berkelanjutan, transportasi yang ramah lingkungan dan pariwisata bahari.

"Kerja sama ini ditujukan untuk mendukung pencapaian pertumbuhan yang inklusif, peningkatan pendapatan dan lapangan pekerjaan, utamanya bagi kelompok rentan, termasuk para nelayan, yang seimbang dengan upaya menjaga kelestarian laut", jelas Dirjen Yuri O Thamrin dalam press conference kepada wartawan.

Kelima, kesiapsiagaan bencana melalui pelaksanaan studi/kajian dalam upaya memfasilitasi perjalanan dan barang disaster responder pada saat terjadinya bencana, dari perspektif imigrasi dan kepabeanan.

Keenam, peningkatan kerja sama pendidikan antar ekonomi APEC untuk meningkatkan mobilitas para pelajar, akademisi, dan peneliti di kawasan Asia Pasifik.

Ketujuh, peningkatan peran dan kapasitas petani dalam ketahanan pangan global melalui kemitraan pemerintah, pihak swasta dan petani. 

Kedelapan, kerja sama di bidang kesehatan yang mencakup pengembangan sistem kesehatan yang berkelanjutan, mendorong penggunaan obat-obatan tradisional dan pendanaan kesehatan.

Kesembilan, kerja sama di bidang sains, teknologi dan inovasi melalui penyelenggaraan pertemuan Chief Science Advisor di bulan Juni/Juli 2013 di Medan. Pertemuan tersebut diketuai bersama oleh Indonesia dan Selandia Baru, dan melibatkan pemerintah, pelaku bisnis dan akademisi.

            Pada rangkaian pertemuan SOM 1 APEC 2013 ini pula telah terlaksana 31 pertemuan dari 26 sub-fora dan komite APEC, 4 workshops, 3 Policy Dialogue, 13 pertemuan bilateral, trilateral, dan quadrilateral yang diikuti oleh Indonesia serta 60 pertemuan antara para Ekonomi APEC. SOM 1 APEC 2013 dihadiri lebih dari 1300 delegasi dari 21 Ekonomi APEC.

            Diantara pertemuan tersebut, Indonesia menjadi Ketua untuk pertemuan-pertemuan Policy Partnership on Food Security (PPFS), Group on Services (GOS), Anti-Corruption and Transparency Working Group (ACTWG), Sub-Committee on Customs Procedures (SCCP), dan Counter-Terrorism Task Force (CTTF).

Rangkaian Pertemuan APEC 2013 Pada Keketuaan Indonesia

            Rangkaian pertemuan lanjutan APEC masih akan berlangsung hingga Oktober 2013 nanti. Beberapa kota besar di Indonesia akan menjadi tuan rumah Pertemuan APEC di berbagai level. Beberapa pertemuan lanjutan APEC yang akan dilangsungkan di Indonesia adalah sebagai berikut:

1.    SOM 2 di Surabaya, 6-19 April 2013
2.    SOM 3 di Medan, 22 Juni – 6 Juli 2013
3.    Ministers Responsible for Trade (MRT) di Surabaya,
       20-21 April 2013
4.    Small and Medium Enterprises Ministerial Meeting (SMEMM) di Bali,
       7 September 2013
5.    High Level Policy Dialogue on Women and the Economy di Bali,
       7 September 2013
6.    Joint Ministerial Level Meeting on Women and SME di Bali,
       7 September 2013
7.    Finance Ministers’ Meeting (FMM) di Bali, 20 September 2013
8.    APEC Economic Leaders’ Week di Bali, 1-8 Oktober 2013,
       terdiri dari:
a.    Concluding SOM (CSOM), 1-2 Oktober 2013
b.    APEC Ministerial Meeting (AMM), 4-5 Oktober 2013
c.    APEC CEO Summit, 5-7 Oktober 2013
d.    ABAC Dialogue with Leaders, 7 Oktober 2013
e.    APEC Economic Leaders’ Meeting (AELM)/KTT APEC 2013, 
       7-8 Oktober 2013 

            APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) yang didirikan pada tahun 1989 adalah forum kerja sama ekonomi kawasan Pacific-Rim dengan 21 anggota ekonomi. Anggota ekonomi APEC adalah Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chile, China, Indonesia, Jepang, Republik Korea, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Filipina, Rusia, Singapura, Thailand, Amerika Serikat, Viet Nam, Chinese Taipei, dan Hong Kong, China.

            Pada tahun 2010 total perdagangan Indonesia ke seluruh Ekonomi APEC adalah sebesar USD 224,3 milyar. Pada tahun 2011 total perdagangan meningkat menjadi USD 289,3 milyar, yang mencakup 75% dari total perdagangan Indonesia ke seluruh dunia pada tahun tersebut.

            Nilai investasi dari ekonomi APEC ke Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 9,26 milyar dolar dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 10,7 milyar dolar. Selain itu, pada tahun 2011, 10 dari 20 anggota ekonomi APEC terdaftar sebagai 20 investor terbesar Indonesia.

Sumber : http://apec2013.or.id

Kondisi Politik Indonesia

Politik Indonesia dewasa ini seperti sedang mendominasi wacana di media. Layaknya gula yang sedang di kelilingi semut, seperti itulah media yang memberitakan kondisi politik di Indonesia. 

Saat ini kondisi politik yang terjadi justru saling memperebutkan kekuasaan. Para penjabat yang memiliki kekuasaan telah melupakan masyarakat. Janji – janji yang dulu di buat justru di lupakan seiring dengan kursi kekuasaan yang di peroleh. Seolah tidak menerima dengan kemenangan sang rival, maka berusaha mencari kesalahan untuk dapat menggulingkan.

Kondisi politik di Indonesia sangatlah memprihatinkan. Para pejabat masih saja sibuk mengurusi kursi jabatannya. Lagi – lagi mereka melupakan soal rakyat. Semisal saja soal kasus suap wisma atlet. Kita ketahui bahwa Anggelina S merupakan kunci dari bobroknya korupsi yang terjadi di Wisma Atlet. Namun, apa yang terjadi? Apakah Anggelina S berbicara jujur terkait korupsi yang terjadi di Wisma Atlet? Tidak kawan, justru beliau menutupi kondisi yang sebenarnya terjadi. 

Kondisi tersebut sangatlah memprihatinkan. Hal tersebut masih salah satu contoh yang ada. Berbicara kondisi politik di Indonesia maka tidak akan jauh dari sebuah kekuasaan. Dewasa ini politik justru seringkali di gunakan sebagai alat untuk mencapai kekuasaan. Entah dengan apa pun, tidak melihat rambu - rambu yang ada, hal yang terpenting kursi kekuasaan harus di dapat. Namun, kursi kekuasaan itu harus di bayar dengan pengorbanan yang besar juga baik itu fikiran dan materil.

Akhirnya rakyat yang menjadi korban dari kondisi politik yang ada sekarang. Para birokrat bangsa ini sepertinya masih terlalu sibuk untuk terus berebut kursi kekuasaan. 

Sebenarnya politik layaknya sebuah pisau. Bila pisau tersebut di gunakan oleh ibu rumah tangga untuk memasak maka pisau akanlah sangat bermanfaat. Maka akan tersedia hidangan yang lezat untuk keluarga. Namun beda cerita bila pisau tersebut di gunakan oleh pembunuh. Maka yang terjadi adalah sebuah kesedihan dan kesengsaraan yang terjadi. 

Begitu pula dengan politik, ia akan bisa menjadi sebuah alat untuk mencapai sebuah kebahagiaan atau malah menjadi sebuah kesengsaraan. Dewasa ini, para politikus yang ada justru tidak mampu memberikan sebuah kesejukan di tengah gerahnya suasana politik yang ada. Para politikus ini nampaknya masih terlalu sibuk. Padahal rakyat Indonesia di luar sana menjadi korban mereka. 

Kita semua bisa melihat gejala mati rasa penyelenggara negara misalnya dalam soal pembelian mobil mewah untuk para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II atau juga pembangunan pagar istana presiden yang menelan biaya puluhan miliar rupiah. Kebijakan itu jelas mencederai rasa keadilan publik karena di saat yang sama kemiskinan masih mengharu biru Indonesia (jumlah orang miskin di Indonesia per Maret 2010 berdasar BPS sebanyak 31,02 juta orang–relatif tak banyak berubah jika dibandingkan dengan data per Februari 2005, yakni sebesar 35,10 juta orang). Publik juga bisa melihat bagaimana penyikapan kasus Lapindo, terjadinya ‘kriminalisasi’ terhadap dua pemimpin KPK, penanganan kasus Bank Century yang belum jelas bagaimana akhirnya, serta kuatnya nuansa tebang pilih terhadap penanganan kasus korupsi. Kesemuanya itu adalah contoh - contoh lain yang harus diakui kian mengiris rasa keadilan. Kendati dibalut pernyataan-pernyataan yang apik dan santun, pada akhirnya penyikapan dari penyelenggara negara terhadap kasus-kasus tersebut tetap saja dinilai jauh dari komitmen untuk mewujudkan aspirasi dan kehendak rakyat. 

Selain contoh - contoh yang ada di atas, masih banyak kita lihat masalah soal kemiskinan, putus sekolah dan kelaparan. Namun sepertinya para pejabat ini masih belum tersentuh untuk menuju ke situ akhirnya masih berkutat dengan masalah kekuasaan. 

Sebenarnya politik tidak hanya di kekuasaan saja. Namun ekonomi pun sudah di politikkan. Sebenarnya politik itu merupakan bagaimana seseorang mampu mempengaruhi orang sekelompok lain agar mengikuti gagasan yang kita fikirkan.

Dalam aspek obyektif, Sukardi mencontohkan harga cabai yang makin hari semakin mahal. Kondisi tersebut akan semakin parah bila pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tergesa-gesa, misalnya dengan kenaikan harga tiket kereta ekonomi. Momentum ini bisa dipakai untuk menyerang kekuatan politik lawannya. Untuk aspek dari daerah, Sukardi mencontohkan polemik keistimewaan Yogyakarta yang hingga saat ini masih berlarut-larut. Menurut Sukardi, pemerintah harus cepat menyelesaikan polemik tersebut. Kalau tidak, masalah itu juga akan dijadikan partai lain sebagai amunisi untuk menyerang Demokrat.
 
Sekarang ini keadaan politik di Indonesia tidak seperti yang diinginkan. Banyak rakyat beranggapan bahwa politik di Indonesia adalah sesuatu yang hanya mementingkan dan merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Pemerintah Indonesia pun tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. Hal ini ditunjukkan oleh sebagian rakyat yang mengeluh, karena hidup mereka belum dapat disejahterakan oleh negara. Pandangan masyarakat terhadap politik itu sendiri menjadi buruk, dikarenakan pemerintah Indonesia yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai wakil rakyat dengan baik.bagi mereka politik hanyalah sesuatu yang buruk dalam mencapai kekuasaan.

Jika hal ini terus di biarkan, maka seperti bom yang terus di pendam. Maka suatu saat akan meletus juga. Jika kondisi pemerintah terus seperti ini maka tidakl mustahil jika rakyat tidak akan percaya dengan politik. Ketidakpercayaan para rakyat inilah yang sangat berbahaya bagi kestabilan negara. Akibatnya masyarakat akan cenderung apatis terhadap kondisi sebuah negara. Karena kestabilan negara juga di pengaruhi oleh kestabilan politik yang ada di negara tersebut. Apabila gejolak politik di suatu negara terus menerus bergejolak maka tidak mustahil jika terjadi peperangan. Akibatnya masyarakat yang menjadi korban seperti negara negara di timur tengah.

Kesimpulan : Rakyat Indonesia belum merasakan kinerja yang baik dari pemerintah Indonesia, malahan membuat mereka memandang buruk terhadap politik itu sendiri. Selain itu, para generasi muda Indonesia haruslah diperkenalkan dengan politik yang sebenarnya, agar dikemudian hari mereka dapat menjadi generasi baru yang lebih bertanggung jawab. Sehingga kondisi bangsa ini tidak terus terpuruk akibat politik tidak bertanggungjawab para pejabat sekarang. Sudah seharusnya kita membanahi bangsa ini. Karena bila kondisi seperti ini terus di budayakan, maka bukanlah hal yang mustahil jika suatu saat nanti nama Indonesia hanya tinggal sejarah.

Sumber : http://politik.kompasiana.com